Mengapa Saya Jarang Daring di Medsos? Inilah 4 Alasan Saya

Inilah 4 alasan mengapa saya jarang daring.

Daring, singkatan dari 'dalam jaringan'; bahasa Inggris: online.

Saya memiliki akun nyaris di semua media sosial besar seperti WhatsApp (saya punya yang biasa dan bisnis), Telegram, Facebook (sekarang Meta), Instagram, Twitter, Linkedin, YouTube, dan selainnya.

jarang-daring-di-sosial-media

Jika Anda dan saya tertaut dalam akun-akun tersebut, saya rasa Anda menyadari bahwa saya jarang online. Tidak hanya Anda, X (Twitter) juga menyadarinya dan selalu mengirimkan surat rindu untuk saya. Lihat tangkapan layar di bawah.

lalu abd. rahman twitter

Tapi saya tidak tergoda.

Nah, agar Anda tidak menduga-duga dan jangan sampai Anda mati penasaran, saya beri tahu empat alasan mengapa saya jarang online.

#1 Suara notifikasi sangat mengganggu

Notifikasi suara dan atau getar mengusik keheningan saya. Apapun nada suara yang saya pilih, apakah suara burung, gemericik air, siul elektronik, dan selainnya, akan selalu membuat saya terganggu. Tidak peduli suaranya lantang atau low bahkan hening (getar saja) sekalipun tetap membuat saya terganggu. Sangat menyebalkan ketika terdengar suara notifikasi dan saya bergegas memeriksanya, eh ternyata hanya berita sampah.

Saya lebih menyukai keheningan daripada keramaian.

#2 Menghemat baterai

Saya tahu, kecerahan layar, bunyi speaker, atau getaran hanya memakan daya baterai sangat sedikit, mungkin hanya beberapa mili volt. Tapi tetap saja itu menghabiskan daya. Saya tidak suka terlalu sering mengisi ulang baterai. Menurut saya itu tidak hemat listrik dan mengurangi masa pakai baterai. Bagi Anda mungkin tidak merepotkan mengisi ulang baterai ponsel tiga sampai empat kali sehari, tetapi bagi saya itu merepotkan.

Saya tahu saya tidak akan bangkrut membayar tagihan listrik gara-gara mengecas HP, tapi saya ingin bertarsipasi walaupun secuil.

#3 Masalah privasi

Di sini masalah terbesarnya. Saya tidak ingin orang terlalu banyak tahu tentang kerahasiaan diri saya. Privasi penting buat saya.

Saya memang tidak lebih populer dibandingkan para pesohor dan biduan. Tidak ada paparazi yang memburu saya. Tapi saya terlalu malu untuk mengumbar hal pribadi di media sosial.

Bila ayam saya mati, biarlah dia mati dengan tenang. Saya tidak tertarik untuk memberitakannya di sosial media, megharapkan empati, like, dan emoticon beurai air mata. Biarlah ayam itu tenang di kuburnya, dimakan tanah dan menjadi pupuk untuk pohon mangga.

Masalah privasi penting bagi saya dan Anda harus tahu bahwa saya tidak bersendirian dalam hal ini.

Jika Anda tak percaya, coba baca dengan seksama beberapa paragraf yang saya kutip dari kotak pos eletronik saya, dikirim oleh Jen dan Misha dari Mozilla--terjemahan dan sebagian kata saya buang tanpa merubah makna.

Privasi dan keamanan anak-anak saat online akan menjadi masalah besar di tahun 2022.

Ingat tahun lalu ketika Facebook mendapat kecaman ketika penelitian internal mereka sendiri berulang kali menemukan bahwa Instagram berbahaya bagi remaja? Facebook kemudian tampaknya tidak melakukan sesuatu yang substansial dengan penelitian ini untuk melindungi remaja dan malah berencana untuk membuat Instagram untuk anak-anak.

Dan Apple mengangkat alis setelah mereka mengumumkan rencana pemindaian foto untuk memindai foto iCloud, iPhone, dan iPad pengguna menggunakan algoritme yang berpotensi untuk mencari pornografi anak? Pakar privasi sangat khawatir dan Apple menunda program tersebut.

Kami yakin 2022 akan ada banyak masalah yang dihadapi konsumen dalam hal privasi dan keamanan mereka — pelanggaran data, serangan ransomware, perusahaan menemukan cara untuk mengumpulkan lebih banyak informasi pribadi. Privasi dan keamanan anak-anak saat online menjadi perhatian utama kami. Kami akan senang mendengar lebih banyak tentang kekhawatiran Anda terkait privasi Anda, anak-anak, cucu, keponakan, dan anak-anak lain yang Anda kenal. Sampaikan pendapat Anda kepada kami untuk membantu kami mengetahui apa yang menurut Anda berguna pada tahun 2022 dalam hal melindungi anak-anak secara online.

Jadi, bukan hanya saya yang khawatir tentang privasi.

#4 Berita itu pasti akan sampai jika itu wajib untuk saya

Keyakinan saya tidak pernah luntur. Saya berkeyakinan jika sebuah berita benar-benar untuk saya, berita itu pasti sampai kepada saya bagaimanapun caranya. Saya tidak perlu menonton TV sepanjang hari, saya tidak perlu membuka Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, setiap limat menit. Saya tidak perlu mencari berita, berita yang akan datang kepada saya.

Apalagi di jaman ini, berita-berita tersebar secepat kilat, berhamburan di beranda sosial media kita. Saya tidak sudi melotot di depan media sosial sepanjang hari untuk membaca semuanya satu persatu.

Bukankah kupu-kupu juga bisa membawa berita?

Saya memang jarang daring

Anda tidak perlu curiga, tak usah sebal. Saya memang jarang meng-update status, memosting kabar, atau berbagi hal-hal lucu, komentar di grup, dan seterusnya. Sedikit banyak Anda sudah tahu alasannya kan?

Jika Anda merindukan saya, cari saja menggunakan mesin pencari Google. Tik 'laluabdrahman', semoga Anda menemukan kabar terbaru dari saya.

Ketika Anda tidak dapat menghubungi saya secara daring, umpan telpon saya, insyaallah saya akan menelpon balik Anda jika Anda tak punya cukup pulsa untuk menelpon atau SMS saya.

Saya tidak anti media sosial

Tidak, saya tidak anti media sosial, tidak sama sekali. Saya berpikir sederhana, hanya mengepos hal-hal bermanfaat di medsos, seperti kutipan-kutipan nasihat, atau hal entahlah. Saat ini saya belum menyediakan waktu untuk berenang di lautan medsos, saya lebih suka online di dunia yang lain. Semoga, suatu hari di masa depan saya bisa betah di medsos.

Layar HP/ponsel lebih menyakitkan mata

Saya telah membandingkan efek menatap layar ponsel dan laptop, hasilnya mata saya lebih sakit menatap layar ponsel daripada laptop.

Misalnya, dalam waktu satu jam, mata saya lebih tersiksa (perih dan pegal) melihat layar ponsel daripada layar laptop. Oleh karena itu, saya lebih betah di depan laptop atau PC.

Saya tidak tahu pasti apa penyebabnya. Saya hanya menduga-duga, mungkin layar ponsel memancarkan gelombang cahaya yang lebih kuat.

Pelajari lebih lanjut tentang teknologi layar HP:

Apakah hanya saya yang merasakan ini sementara orang lain tidak? Entahlah.

Sekian.

Oleh: Lalu Abd. Rahman

Lahir selamat. Saya seorang pembelajar, pemeriksa fakta, penulis, editor, dan pengeblog.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Betul mas, setuju semua dengan poin-poin yang disampaikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mas Yulianto, saya senang ada yang setuju dengan saya.

      Hapus