![]() |
Ilustrasi: Manusia meminta robot membuat artikel dengan AI. |
Membuat artikel dengan AI memang cepat dan mudah, tapi sering kali terasa kaku dan kurang greget. Pembaca bisa merasakannya, bahkan alat pendeteksi AI pun bisa mendeteksinya—meskipun kadang tidak akurat.
Masalahnya sederhana: AI tidak punya 'ruh'. Oleh karena itu, ia tidak memiliki emosi, pengalaman hidup, atau cara khas menyampaikan cerita lewat kata-kata. Kosa katanya memang lengkap, tata bahasanya sempurna, tapi sayang sekali tidak ada 'ruh' dalam tulisan yang dihasilkan oleh AI. Paling tidak sampai saya menulis artikel ini.
Tapi jangan senang dulu! Bahkan jika Anda tidak menggunakan AI, Anda bisa saja dituduh menulis menggunakannya! Ini bukan masalah besar kalau tulisan Anda hanya terbit di blog pribadi. Kalau tulisan itu Anda buat untuk orang lain, mereka mungkin menolaknya. Ini tentu saja sangat menjengkelkan. Bisa merusak penghasilan dan reputasi.
Tapi tenang, selalu ada solusi di balik masalah, ada hikmah di balik musibah. Tidak perlu mengharamkan AI, jangan mengabaikannya sama sekali. Anda hanya perlu memperbaiki bagian-bagian atau kalimat yang terlihat seperti buatan mesin. Seandainya Anda tidak menggunakan AI, tips ini juga membantu agar terhindar dari tuduhan.
Ada 6 tanda utama bila seseorang membuat artikel dengan AI. Tinggal perbaiki saja ini, maka tidak akan ada yang menyangka kalau itu dihasilkan oleh mesin. Orang tidak ragu sedikitpun bahwa itu memang benar-benar hasil karya Anda sendiri.
Tapi sebelum lanjut, saya akan terangkan lebih dulu alasan anehnya tulisan AI.
Mengapa Tulisan AI Terkesan Aneh
Sudah saya sebut di atas, AI tidak memiliki memiliki 'ruh'. Dia tidak punya pengalaman hidup, tidak merasakan emosi, tidak memiliki ingatan tentang masa lalu, apalagi bermimpi. Karena itu, tulisan yang dihasilkannya sering kali terasa dangkal. Tulisannya berpola. Ia mengikuti pola itu dan menggunakannya setiap kali dia menghasilkan sebuah teks. Dua atau tiga hari saja Anda berinteraksi dengannya, Anda sudah bisa mengenal dengan baik struktur kalimat yang dia hasilkan. Dia tidak bisa berimprovisasi; orang bilang main aman.
Hasilnya? Tulisan yang secara teknis benar, tapi datar dan kurang greget. Jika Anda tidak memolesnya, tulisan tersebut akan terdengar hambar dan terlalu formal.
Terkadang, seorang penulis juga bisa menulis seperti ini. Tulisannya bisa mirip dengan AI. Mungkin karena kurang pengalaman, atau latar belakang akademisnya terlalu kental. Tapi jangan khawatir, ini bisa diperbaiki. Pancarkan ruh Anda dalam tulisan.
6 Ciri Kalau Anda Membuat Artikel dengan AI, dan Cara Memperbaikinya
Berikut ini adalah 6 tanda utama tulisan hasil AI dan cara memperbaikinya:
1. Terlalu Aman dan Umum
AI suka bermain aman. Ia tidak akan mengambil sikap tegas (ekstrim) atau mengatakan sesuatu yang berani. Kalimatnya cenderung netral dan umum, sehingga terdengar hambar.
Solusi: Ambil sikap tegas atau tambahkan nuansa pribadi.
Contoh:
- Sebelum: "Aplikasi ini bisa berguna untuk banyak orang."
- Sesudah: "Jika Anda seorang freelancer dan tidak mau menggunakan alat ini, Anda sedang melewatkan peluang menjadi milyuner."
2. Kalimat yang Monoton
AI sering mengulang pola kalimat dengan ritme yang sama. Hasilnya, tulisan terasa membosankan karena tidak ada variasi. Begitu-begitu saja.
Solusi: Variasikan panjang kalimat. Kombinasikan kalimat pendek yang menghunjam dengan kalimat panjang yang mendayu-dayu.
Contoh:
- Sebelum: "AI bisa membantu. Ia menghasilkan ide dengan cepat. Meningkatkan efisiensi."
- Sesudah: "AI itu cepat. Secepat kilat. Tapi kecepatan saja tidak cukup. Kreativitas yang menembus batas angan jauh lebih penting."
3. Terlalu Bertele-tele
AI sering menambah jumlah kata tanpa makna. Ia mengulang ide dengan cara berbeda-beda, tapi intinya sama. Coba suruh buat artikel dengan 350 kata, setelah itu suruh tambah menjadi 800 kata. Dia bisa melakukannya, tapi yakinlah itu hanya berputar di situ-situ saja. Terkadang semakin membingungkan alih-alih menjadi lebih jelas.
Solusi: Sederhanakan kalimat. Langsung ke inti.
Contoh:
- Sebelum: "Salah satu hal terpenting saat menulis adalah kejelasan."
- Sesudah: "Kejelasan adalah segalanya."
Maksud saya, di paragraf tertentu Anda sedikit basa-basi, sementara di paragraf lain langsung ke inti. Intinya variasikan.
4. Miskin Kisah Pribadi
AI tidak bisa bercerita dari pengalaman hidup. Tulisannya terasa dingin karena tidak ada cerita nyata, tidak pernah mengalami kepahitan hidup yang mendewasakan pikiran. Tidak seperti manusia, pikirannya sering terharu biru oleh peristiwa yang dialaminya.
Solusi: Masukkan cerita pribadi atau contoh konkret.
Contoh:
- Sebelum: "Komunikasi yang baik itu penting."
- Sesudah: "Saya pernah gagal mendapatkan proyek senilai Rp100 juta karena salah memahami maksud kata-kata dalam email. Saat itulah saya sadar, komunikasi adalah kunci dalam bisnis."
5. Frasa Klise
AI sering menggunakan frasa umum yang sudah terlalu sering dipakai, seperti "perlu dicatat...", "jadi, (begini dan begitu), pilihan terbaik adalah...", "pada akhirnya...", "penting untuk diingat bawa...", dan lain sebagainya.
Solusi: Gunakan metafora atau ungkapan unik sesuai konteks.
Contoh:
- Sebelum: "Penting untuk diingat bahwa kekayaan tidak diraih dalam semalam."
- Sesudah: "Kekayaan seperti menanam pohon. Awalnya kecil, lambat laun akan tumbuh semakin besar. Sejengkal, sehasta, sedepa, lalu menjulang tinggi".
6. Nada Emosional yang Datar
AI bisa meniru nada, tapi ia tidak memiliki perasaan sejati. Tidak ada humor, gairah, atau kehangatan. Saya pikir, ini kekurangan paling 'tidak manusiawi' kalau kita membuat artikel dengan AI.
Solusi: Masukkan kepribadian Anda. Tulis seperti cara Anda berbicara.
Contoh:
- Sebelum: "Blog ini memberikan wawasan yang berguna."
- Sesudah: "Blog ini membuat saya sadar dan mampu mengubah cara pandang saya yang pesimis, suram, dan gelap. Seandainya saja saya menemukan blog ini dua atau tiga tahun lalu, saya mungkin sudah menjadi orang yang lebih optimis, percaya diri, dan berwawasan luas."
Dalam konteks tulisan, "nada" atau "tone" merujuk pada sikap atau perasaan penulis terhadap subjek yang dibahas, pembaca, atau keduanya. Nada tidak dinyatakan secara eksplisit melalui kata-kata, melainkan tersirat melalui pilihan kata (diksi), struktur kalimat, gaya bahasa, dan detail yang dipilih untuk disampaikan.
Jadi, ketika Anda membaca sebuah tulisan, Anda secara tidak sadar menangkap "rasa" atau "atmosfer" yang diciptakan oleh penulis. Inilah yang disebut dengan nada.
Contoh kalimat tulisan AI:
Blog ini memberikan wawasan yang berguna.
Kalimat tersebut tidak menunjukkan intensitas atau perasaan yang kuat. Bahasanya netral, tidak berlebihan, atau bahkan terkesan dingin.
Bandingkan dengan kalimat yang sudah saya poles:
Blog ini membuat saya sadar dan mampu mengubah cara pandang saya yang pesimis, suram, dan gelap. Seandainya saja saya menemukan blog ini dua atau tiga tahun lalu, saya mungkin sudah menjadi orang yang lebih optimis, percaya diri, dan berwawasan luas.
Tersirat penyesalan dalam kalimat tersebut, meskipun kata-kata menyesal tidak tertuang dalam teks. Ide utama kedua kalimat di atas sama, yaitu blog ini berguna. Meskipun idenya sama, tapi nuansanya berbeda.
Kesimpulan
AI bisa menjadi alat bantu yang luar biasa dalam membuat artikel. Tapi sentuhan Anda sebagai manusia wajib ada agar tulisan tidak terlihat seperti hasil mesin. Dengan begitu tulisan terasa natural dan otentik. Bahkan jika Anda tidak menggunakan AI, 6 kelemahan ini tetap bisa menjadi patokan. Sekarang Anda sudah tahu cara memperbaikinya. Saya berharap kepada diri saya sendiri dan Anda, semoga kita bisa menghasilkan tulisan yang tidak hanya sulit dideteksi sebagai buatan AI—tapi juga akan terasa benar-benar tulisan tangan kita sendiri.
Selamat menulis! 😍